Kota Malang – Dalam rangka memahami perubahan perilaku politik masyarakat Jawa Timur khususnya di era digital, Globalizing Universitas Brawijaya Project melaksanakan penelitian dengan menggandeng Indopol Survey.
Perwakilan dari Tim Pelaksana program Globalizing Universitas Brawijaya (UB) yakni Novy Setya Yunas mengungkapkan penelitian yang dilaksanakan tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi dinamika perilaku pemilih, terutama menjelang Pilkada 2024.
Menurut Yunas, fokus utama penelitian ini adalah melihat bagaimana perilaku pemilih berubah, terutama di kalangan pemilih pemula yang jumlahnya cukup signifikan.
“Perubahan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan informasi, serta penggunaan media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube yang sangat berpengaruh terhadap preferensi politik masyarakat,” ujarnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sekitar 31% pemilih terpengaruh dalam menentukan pilihan politik mereka melalui pendekatan yang dilakukan melalui platform media sosial.
Selain itu, Yunas juga menekankan bahwa perubahan perilaku politik ini juga dipengaruhi oleh subkultur lokal di Jawa Timur. Misalnya, di wilayah Mataraman, pendekatan yang digunakan harus relevan dengan tradisi dan isu-isu lokal.
Sementara di wilayah Madura, isu kesejahteraan nelayan menjadi hal yang penting untuk disorot, yang kemudian bisa disampaikan melalui media sosial dengan cara yang sesuai dengan karakteristik masyarakat setempat.
Direktur Eksekutif Indopol Survey, Ratno Sulistiyanto, menambahkan bahwa pemahaman perilaku pemilih sangat krusial bagi para pelaku politik.
“Dalam sistem politik kita, terutama dalam Pilpres, Pileg, dan Pilkada, memahami perilaku pemilih di tiap wilayah menjadi hal yang sangat penting,” ujar Ratno.
Ia menekankan bahwa calon kepala daerah atau partai politik harus mampu mengidentifikasi perubahan tersebut untuk merancang strategi yang tepat.
Dalam survei yang dilakukan dua minggu sebelum Pilkada, hasilnya menunjukkan bahwa calon gubernur Khofifah Indar Parawansa memperoleh elektabilitas sebesar 56%, sementara Tri Risma dan Luluk berada di angka masing-masing 14% dan 3%.
Survei selanjutnya menunjukkan tren positif bagi Khofifah dengan elektabilitas yang semakin meningkat, mencapai hampir 70%. Ratno menjelaskan bahwa kemenangan Khofifah dapat dilihat sebagai pertemuan antara wilayah utara (Madura) dan selatan (Mataraman), yang menunjukkan dominasi Khofifah di berbagai wilayah.
Ratno juga menyatakan bahwa meskipun isu politik uang sempat mencuat, hasil survei di Jawa Timur tidak menunjukkan adanya indikasi kuat terkait praktik tersebut.
“Di Jawa Timur, kami tidak menemukan indikasi adanya politik uang atau manipulasi politik yang signifikan,” ungkapnya.
Membangun Aplikasi Politik untuk Masa Depan
Sebagai bagian dari penelitian yang berkelanjutan hingga 2026, Novy Setya Yunas mengungkapkan bahwa program ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah aplikasi politik yang disesuaikan dengan karakteristik masyarakat Jawa Timur. Aplikasi ini akan memfasilitasi hubungan politik yang lebih baik antara masyarakat dengan calon pemimpin, dengan memperhatikan keberagaman budaya dan tradisi di berbagai wilayah di Jawa Timur. (LS)