30 Tahun Kisah Miles Films: Mira Lesmana dan Riri Riza Tanam Nilai Kemanusiaan di Perfilman Indonesia

MALANG, VOICEOFJATIM – Dua motor utama Miles Films, Mira Lesmana dan Riri Riza, hadir di Malang Creative Center (MCC) pada Jumat (10/10/2025) untuk membagikan perjalanan 30 tahun berkarya mereka. Dalam talk show “30 Tahun Miles Berkarya – Cerita Kuat Film Hebat”, duo sineas ini menegaskan kembali komitmen rumah produksi mereka: menciptakan film yang tak hanya menghibur, tetapi juga merekam kemanusiaan dan persoalan bangsa.

Acara inspiratif yang merupakan bagian dari MTN IkonInspirasi x REKREASINEMA ini dibuka resmi oleh Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan RI, Ahmad Mahendra.

Mira Lesmana menceritakan, perjalanan Miles Films dimulai dengan film “Kuldesak” (1998) yang dibuat dengan modal nekat, hanya Rp50 juta dari keuntungan serial dokumenter Anak Seribu Pulau. Proyek ini berjalan berkat semangat kolektif tinggi.
“Kami mendapatkan dukungan yang luar biasa dari berbagai pihak. Semua dikerjakan dengan penuh cinta,” kenang Mira.

Setelahnya, nama Miles Films melambung dan dianggap sebagai pelopor kebangkitan sinema nasional melalui film legendaris “Petualangan Sherina” (2000) dan “Ada Apa dengan Cinta?” (2002). Film-film ini sukses merangkul jutaan penonton. Mira menekankan, tantangan mereka adalah menjaga kualitas pesan di tengah daya tarik komersial.

“Tantangan kami adalah menciptakan film yang bisa dinikmati penonton luas atau mass audience, tanpa kehilangan nilai dan pesan,” ujar Mira Lesmana.
Miles Films, tegas Mira, memiliki visi melampaui keuntungan. Komitmen mereka diwujudkan dengan mengambil latar dari Indonesia bagian timur untuk mengangkat isu kemanusiaan dan sosial, seperti pada film “Atambua 39°C” dan “Humba Dreams”.

Ia mengakui bahwa tema-tema ini berisiko kurang diminati pasar, namun penting untuk dibuat. “Film-film seperti itu mungkin tidak menjangkau penonton luas karena orang datang ke bioskop untuk hiburan. Tapi bagi kami, penting untuk tetap membuat film yang merekam kemanusiaan dan persoalan Indonesia,” jelasnya.

Dari sisi penyutradaraan, Riri Riza menyoroti kebaruan sebagai kunci kreativitas utama dalam setiap filmnya. Kehadiran Petualangan Sherina, misalnya, kala itu dianggap fresh sebagai film musikal anak pertama di Indonesia.
“Kami selalu berusaha agar setiap film memiliki kebaruan – baik dari sisi cerita, visual, maupun pendekatan emosional,” tutur Riri.

Penanggung Jawab Program sekaligus Ketua ISMAYA, Lingga Galik Permadi, menyambut baik dipilihnya Malang sebagai lokasi program Manajemen Talenta Nasional (MTN) Bidang Film. Ia menyebutnya sebagai langkah nyata dari Kementerian Kebudayaan untuk membuka ruang bagi insan film daerah agar dapat belajar dan berjejaring dengan ekosistem film nasional.

Lingga menambahkan bahwa pihaknya bekerja keras untuk optimalisasi acara: “ISMAYA berperan untuk menjalankan kegiatan ini secara optimal mulai dari penyebaran informasi, koordinasi peserta, hingga pelaksanaan acara agar semangat dan tujuan dari program MTN benar-benar tersampaikan kepada masyarakat film di Malang Raya,” terangnya.

Kegiatan yang juga menjadi bagian dari rangkaian Road to BAIK Film Fest ini diharapkan menumbuhkan kesadaran bahwa film bukan sekadar tontonan, melainkan sebuah ruang untuk berbagi nilai, gagasan, dan mimpi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *