MALANG, VOICEOFJATIM.COM – Lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Malang membuat Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kota Malang angkat suara. Mereka mendesak Pemerintah Kota Malang segera bertindak agar wabah ini tak terus meluas.
Sepanjang Januari hingga Mei 2025, tercatat ada 389 kasus DBD di Kota Malang. Dari jumlah tersebut, tiga pasien meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2024 lalu, kasus DBD sempat menyentuh angka 777 dengan empat kematian. Kondisi ini menandakan DBD masih menjadi masalah serius di kota ini.
Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, Eko Herdiyanto, meminta Dinas Kesehatan tidak hanya bergerak di atas kertas. Edukasi yang gencar perlu digelar supaya masyarakat lebih sigap menghadapi ancaman DBD.
“Orang sering kali menganggap sepele gejala awal DBD. Padahal, kalau telat berobat, infeksinya bisa makin parah. Masyarakat harus paham risiko penyakit ini dan tahu cara mencegahnya,” ujar Eko.
Tak hanya soal edukasi, Eko menekankan pentingnya upaya pencegahan secara teknis, seperti memberantas sarang nyamuk. Fogging, kata dia, harus menjadi langkah cepat terutama di wilayah yang terdeteksi ada kasus DBD.
“Kalau di satu RT ada sepuluh warga yang sudah menunjukkan gejala DBD, fogging jangan ditunda. Peran RT dan RW juga penting supaya bisa memantau warganya dan melapor kalau ada kasus baru,” terangnya.
Eko juga mengingatkan, musim hujan saat ini membuat genangan air makin banyak, sehingga memperbesar peluang nyamuk Aedes aegypti berkembang biak. Data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan, kasus DBD nasional cenderung naik saat intensitas hujan tinggi. Karena itu, gerakan 3M, yakni menguras, menutup, dan mengubur barang-barang yang bisa menampung air harus terus digaungkan.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Malang menyatakan telah menyiapkan berbagai langkah penanggulangan, mulai dari pemantauan wilayah rawan, fogging, hingga edukasi rutin ke masyarakat. Namun, Eko berharap upaya tersebut benar-benar ditingkatkan agar kasus DBD tidak kembali melonjak seperti tahun lalu.