MALANG, VOICEOFJATIM.COM – Tak cuma sibuk di bangku kuliah, mahasiswa Institut Asia Malang kini tampil sebagai motor penggerak inovasi bisnis lewat Inkubator Bisnis kampus mereka. Lewat program pendampingan intensif, kompetisi, hingga hibah usaha, kampus ini mendorong anak muda untuk serius menekuni dunia wirausaha sejak dini.
Ketua Inkubator Bisnis Institut Asia Malang, Puji Subekti, menyampaikan bahwa mahasiswa bukan hanya dibekali teori, tetapi juga pengalaman langsung dalam membangun dan mengelola usaha. “Kami mendampingi mulai dari proses menggali ide, menyusun rencana bisnis, hingga ke tahap kompetisi dan produksi. Semua program kami rancang agar mereka siap bersaing,” jelas Puji, yang juga dosen Teknik Informatika.
Sebanyak 15 tim mahasiswa aktif mengikuti program Inkubator Bisnis. Mereka tak hanya dilatih, tapi juga difasilitasi melalui kompetisi dan dana hibah yang menopang kelangsungan usaha mereka. Hasilnya cukup membanggakan: mahasiswa binaan inkubator ini berhasil menyabet 3 medali perak dan 5 medali perunggu dalam ajang inovasi internasional IPROPEX 2025 di Malaysia. “Semua tim pulang membawa medali. Ini bukti bahwa daya saing mahasiswa kami tinggi, bahkan di level internasional,” tegas Puji.
Salah satu inovasi yang mencuri perhatian datang dari tim Urban Farming. Ahmad Fadlillah, mahasiswa Teknik Informatika yang menjadi anggota tim, menyebut bahwa bisnis ini dirancang sebagai solusi terhadap isu ketahanan pangan di kota. “Kami mengembangkan pelatihan urban farming dengan pendekatan praktis dan melibatkan mentor profesional. Misinya adalah mengedukasi warga, terutama di Malang, soal pentingnya pertanian kota,” kata Ahmad.
Tak hanya itu, lini produk minuman sehat juga bermunculan dari mahasiswa kampus ini. POKAT Ginger Tea dan Mori Latte menjadi dua produk yang berhasil menembus seleksi hibah P2MW dan meraih juara dua dalam ajang Business Plan Competition di Universitas Islam Malang (Unisma). “Kami fokus pada kualitas bahan dan proses produksi yang sehat. Itu keunggulan kami,” ujar Juni Aulia Putri, perwakilan tim pengembang.
Selain ranah bisnis, inovasi sosial juga digarap serius. Salah satunya lewat gerakan Sampah Beruang, organisasi yang bergerak di bidang pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular. John, salah satu inisiatornya, menjelaskan bahwa mereka ingin mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah. “Kami percaya sampah bukan masalah, tapi potensi. Salah satu pendekatan kami adalah dengan memanfaatkan maggot untuk mengurai sampah organik,” terangnya.
Organisasi ini juga menjalankan program edukasi bertajuk EduAction yang langsung menyasar masyarakat melalui sistem door-to-door. Edukasi diberikan ke komunitas sekolah hingga pecinta hewan, dengan harapan bisa menggeser mindset lama masyarakat. “Mengubah cara pikir itu tantangan. Tapi kami yakin, makin banyak yang sadar bahwa sampah bisa jadi peluang ekonomi,” ujar John.
Kerja keras mereka pun tak sia-sia. Sampah Beruang sukses meraih penghargaan Silver di IPROPEX dan menyabet juara ketiga dalam event wirausaha nasional di UNISMA.
Lewat dukungan penuh dari Inkubator Bisnis, mahasiswa Institut Asia Malang kini tidak lagi hanya berpikir soal nilai akademik. Mereka menjelma menjadi agen perubahan dengan karya nyata dan kontribusi langsung ke masyarakat. Langkah mereka menjadi bukti bahwa semangat kewirausahaan muda di Indonesia terus menyala, siap menembus batas, dari lokal ke pentas global.










