VOICEOFJATIM – Kota Malang kian menegaskan diri sebagai barometer kebudayaan di Indonesia. Melalui program Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya, ribuan penulis muda mulai dipetakan dan dibina untuk melahirkan generasi sastrawan yang tidak hanya tampil di tingkat lokal, tetapi juga siap bersaing di panggung internasional.
Program hasil kolaborasi Kementerian Kebudayaan dengan komunitas Pelangi Sastra Malang dan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya ini membawa semangat regenerasi. Bukan sekadar acara seremonial, MTN digadang menjadi sistem berjenjang yang berkelanjutan.
“MTN bukan sekadar program, tapi sistem untuk memastikan talenta Indonesia siap menembus pasar global,” tegas Menteri Kebudayaan, Fadil Zon, dalam pernyataannya.
Pemilihan Malang sebagai titik awal penjaringan dianggap strategis. Menurut Sesditjen Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Judi Wahyudin, S.S., M.Hum., kota ini sudah lama dikenal dengan iklim literasinya yang subur. “Kampus-kampusnya aktif, komunitas sastra tumbuh, ruang baca ramai, dan penerbit independen memberi ruang eksperimen bagi penulis muda. Ini bukti peran penting Malang dalam merawat talenta sastra,” jelas Judi.
Ia juga menekankan, MTN hadir sebagai jawaban atas hambatan lama di dunia literasi: akses penerbitan yang terbatas, minimnya terjemahan, hingga distribusi yang hanya berpusat di kota besar. Melalui program ini, penulis muda akan dibekali pembinaan intensif, mulai dari kelas teknis, residensi, hingga akses ke festival sastra internasional. “Dari ribuan bibit yang masuk, sebagian akan naik ke jenjang unggul. Mereka kita proyeksikan tampil di forum internasional seperti Ubud Writers & Readers Festival, Jakarta International Literary Festival, hingga Sharjah International Book Fair,” tambahnya.
Proses penjaringan ini dimulai lewat MTN Asah Bakat pada 15 dan 23 September 2025. Sebanyak 200 peserta terpilih, mayoritas berusia di bawah 25 tahun, menjalani lokakarya intensif di FIB Universitas Brawijaya. Kelas penulisan ini dipandu langsung oleh para sastrawan terkemuka: Sasti Gotama (cerpen), Yusi Avianto Pareanom (novel), dan Yohan Fikri (puisi). Dari sinilah data dan peta potensi penulis muda disusun untuk ditindaklanjuti di tingkat pusat. “Ini tahap pemetaan. Potensi terkuat, misalnya novel, akan kami dorong dibuatkan master class di tahun depan,” terang Denny Misharudin, ketua pelaksana MTN Lokus Malang.
Rangkaian berlanjut ke forum Ikon Inspirasi pada 24 September 2025 yang menghadirkan Dee Lestari dan Valiant Budi Yogi di Gedung Samantha Krida. Acara yang diikuti 2.000 pelajar dan mahasiswa ini lebih dari sekadar seminar; ia menjadi ruang untuk menyalakan api motivasi. “Kami menghadirkan Dee dan Valiant karena rekam jejak mereka mampu menginspirasi. Harapannya, para peserta benar-benar terdorong menekuni dunia penulisan secara serius,” tambah Denny.
Di luar agenda, Denny yang juga aktif di komunitas Pelangi Sastra Malang melihat ekosistem literasi di Malang makin matang. Komunitas diskusi, ruang baca alternatif, hingga penerbitan independen menjadi modal sosial yang tak bisa dipandang remeh. Ia menegaskan, derasnya arus digital dan kehadiran AI tidak mematikan sastra, justru membuka tantangan baru: bagaimana karya tulis bisa bersanding dengan teknologi.
“MTN tidak berhenti di lokakarya. Data peserta akan masuk ke basis data nasional. Mereka yang menonjol akan berlanjut ke MTN Lab, MTN Presentasi, hingga karya mereka diterjemahkan dan dipasarkan secara internasional,” pungkasnya.