VOJ – Tren pencarian di Google mengungkap fenomena menarik di Amerika Serikat: pengguna ramai-ramai mencari cara untuk menghapus akun Facebook, Instagram, dan Threads. Lonjakan minat ini muncul tak lama setelah Meta, perusahaan induk dari ketiga platform tersebut, mengubah kebijakan terkait moderasi konten.
Kebijakan baru itu diumumkan oleh CEO Meta, Mark Zuckerberg. Perusahaan memutuskan untuk menghentikan sistem pengecekan fakta pihak ketiga, melonggarkan aturan moderasi konten, dan membuka lebih banyak ruang bagi konten politik di linimasa pengguna. Keputusan ini memicu kontroversi, dengan para pengkritik menilai langkah tersebut sebagai strategi untuk mendekatkan diri ke pemerintahan Trump yang diprediksi akan kembali berkuasa.
Menurut laporan TechCrunch pada Selasa (14/1/2025), istilah pencarian seperti “cara menghapus Facebook secara permanen” mencapai tingkat ketertarikan tertinggi di Google Trends, dengan skor maksimal 100. Selain itu, pencarian terkait seperti “cara menghapus semua foto Facebook,” “alternatif untuk Facebook,” dan “cara menghapus akun Instagram tanpa login” menunjukkan lonjakan hingga lebih dari 5.000% dibandingkan periode sebelumnya.
Meta sebelumnya menerapkan kebijakan ketat terkait moderasi konten setelah platformnya disorot sebagai tempat penyebaran misinformasi dan ujaran kebencian. Salah satu peristiwa besar yang mencoreng nama perusahaan adalah serangan di Capitol pada 6 Januari 2021. Insiden itu diduga dipicu oleh narasi kekerasan yang terorganisasi di Facebook dan Instagram.
Dokumen internal Meta mengungkapkan bahwa meskipun perusahaan menyadari peran platform dalam menyebarkan polarisasi politik, teori konspirasi, dan ajakan kekerasan, upaya penanganan tetap kurang tegas. Gerakan seperti “Stop the Steal,” yang didukung sekutu Trump, terus berkembang tanpa pengawasan ketat, bahkan setelah potensi bahayanya diidentifikasi.
Kini, kebijakan baru Meta dinilai bisa membuka pintu bagi penyebaran ujaran kebencian dan misinformasi dalam skala lebih luas. Bagi sebagian pengguna, keputusan ini menjadi sinyal untuk meninggalkan platform demi menghindari konten berpotensi merugikan yang lebih sulit dikontrol.
Pergeseran ini menjadi tantangan baru bagi Meta, yang selama ini bergulat dengan isu kepercayaan publik. Dengan meningkatnya pencarian alternatif platform media sosial, masa depan Meta di pasar AS kini dipertanyakan.