Paus Fransiskus Wafat, Deretan Calon Pengganti Mulai Disorot Vatikan

SURABAYA, VOICEOFJATIM.COM – Dunia Katolik tengah berduka setelah Paus Fransiskus wafat pada usia 88 tahun. Pemimpin spiritual umat Katolik sejagat itu menghembuskan napas terakhir di kediamannya di Vatikan setelah mengalami komplikasi kesehatan yang makin memburuk dalam beberapa bulan terakhir. Kepergian Paus Fransiskus menandai berakhirnya sebuah era kepemimpinan yang dikenal dengan pendekatan humanis, progresif, dan penuh empati terhadap kaum marginal.

Paus Fransiskus, yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio, merupakan Paus pertama yang berasal dari Amerika Latin dan juga Jesuit pertama yang menduduki Takhta Suci. Selama lebih dari satu dekade, ia mendorong reformasi dalam tubuh Gereja Katolik, termasuk dalam hal transparansi keuangan, penanganan kasus pelecehan seksual oleh klerus, serta pembukaan ruang dialog bagi kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan dalam Gereja.

Kini, sorotan dunia tertuju pada proses konklaf yang akan digelar di Kapel Sistina, Vatikan, untuk memilih pemimpin baru Gereja Katolik. Sebanyak 135 kardinal dari berbagai negara dipastikan akan ambil bagian dalam pemilihan ini. Mereka akan menentukan arah masa depan Gereja, apakah melanjutkan semangat reformasi ala Paus Fransiskus, atau kembali pada pendekatan konservatif yang lebih kaku terhadap ajaran dan doktrin Gereja.

Mengutip dari berbagai sumber, di antara nama-nama yang mulai santer dibicarakan sebagai calon pengganti Paus Fransiskus, Kardinal Matteo Zuppi dari Italia menjadi salah satu figur kuat. Ia dikenal dekat dengan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Fransiskus, seperti perdamaian, inklusivitas, dan keberpihakan pada kelompok minoritas. Zuppi juga aktif dalam komunitas Sant’Egidio dan menjadi salah satu mediator damai dalam konflik Ukraina.

Kandidat lainnya adalah Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina. Ia memiliki latar belakang pelayanan pastoral yang kuat dan pernah menjabat sebagai Uskup Agung Manila. Sosoknya sangat dikenal di Asia dan sempat digadang-gadang sebagai calon Paus potensial sejak beberapa tahun lalu. Meski demikian, pengaruh Tagle di Vatikan disebut menurun setelah pergeseran internal di Kuria Roma.

Nama dari Benua Afrika juga mencuat, salah satunya adalah Kardinal Peter Turkson asal Ghana. Turkson dikenal lantang menyuarakan keadilan sosial dan isu lingkungan, serta memiliki visi global yang sejalan dengan arah Gereja modern. Jika terpilih, ia berpotensi menjadi Paus kulit hitam pertama dalam sejarah Gereja Katolik.

Di sisi lain, bagi kubu konservatif yang menginginkan arah Gereja kembali pada ajaran-ajaran tradisional, sosok Kardinal Peter Erdo dari Hungaria menjadi harapan. Ia dikenal memiliki sikap keras terhadap isu-isu seperti LGBTQ+ dan migrasi, serta cukup vokal dalam mempertahankan nilai-nilai ortodoks Katolik.

Selain itu, Kardinal Robert Sarah dari Guinea juga digadang sebagai kandidat konservatif yang kuat. Sarah dikenal dengan kritik tajam terhadap reformasi Fransiskus dan sering mengangkat isu liturgi serta moralitas dalam karyanya. Ia menjadi pilihan bagi mereka yang merasa reformasi Fransiskus terlalu jauh dari ajaran Gereja tradisional.

Tak ketinggalan, nama Kardinal Pierbattista Pizzaballa, Patriark Latin Yerusalem, turut masuk dalam bursa calon Paus. Pengalamannya dalam merawat dialog antariman di wilayah konflik seperti Timur Tengah menjadi nilai lebih di mata banyak umat. Tindakannya yang menolak meninggalkan umat Kristiani di Gaza saat serangan militer terjadi, menunjukkan keberanian dan kemanusiaan yang luar biasa.

Pemilihan Paus kali ini tidak hanya tentang siapa yang layak memimpin Gereja, tetapi juga menyangkut arah dan wajah Gereja Katolik di masa depan. Tantangan besar seperti kasus kekerasan seksual dalam Gereja, peran perempuan, inklusi kelompok minoritas, serta transparansi tata kelola keuangan Vatikan, akan menjadi pekerjaan rumah serius bagi Paus selanjutnya.

Meski dunia tengah berkabung atas kepergian Paus Fransiskus, harapan umat kini bergantung pada siapa yang akan dipercaya untuk melanjutkan warisan kepemimpinannya. Sebuah keputusan besar tengah menanti di balik pintu tertutup konklaf, dan umat Katolik sejagat menanti dengan doa dan harapan besar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *