SSB Digdaya: Membangun Talenta Sepak Bola Usia Dini dengan Mentalitas Patriotik

MALANG – Regenerasi pemain sepak bola di Indonesia, khususnya di Malang, menghadapi tantangan besar. Minimnya pembinaan usia dini yang berkelanjutan menyebabkan potensi-potensi muda semakin terkikis. Menjawab tantangan tersebut, Sekolah Sepak Bola (SSB) Digdaya hadir sebagai wadah pembinaan bagi anak-anak berusia 10 hingga 15 tahun. Tak sekadar mencetak pesepak bola berbakat, SSB ini juga berfokus pada pembangunan mentalitas dan karakter para pemainnya.

Menurut Ahmad Helmi, manajer sekaligus pendiri SSB Digdaya, pendirian akademi ini berangkat dari dua alasan utama. Pertama, untuk menghidupkan kembali regenerasi pemain lokal yang selama ini tidak berjalan secara konsisten. “Dulu, Malang dikenal sebagai gudangnya pesepak bola berbakat. Namun, beberapa tahun belakangan, regenerasi itu terasa tersendat. Kami ingin menghidupkan kembali ekosistem ini dengan memberikan pembinaan yang sistematis sejak usia dini,” ujar Helmi.

Alasan kedua adalah untuk membangun mentalitas para pemain muda. Helmi menilai bahwa saat ini anak-anak cenderung terjebak dalam gaya hidup yang kurang produktif akibat pengaruh teknologi. “Banyak anak sekarang yang lebih sibuk dengan gadget dibanding berolahraga. Attitude dan adab mereka pun kian tergerus. Kami ingin membentuk anak-anak yang tak hanya tangguh secara fisik, tetapi juga memiliki mental patriotik, disiplin, dan tanggung jawab,” tambahnya.

Bukan Sekadar Sepak Bola, tapi Pembentukan Karakter

SSB Digdaya tidak hanya mengajarkan teknik bermain sepak bola, tetapi juga membentuk kepribadian anak-anak. Dalam setiap sesi latihan, selain mengasah keterampilan di lapangan, para pemain juga diberikan pemahaman tentang pentingnya etika, disiplin, serta tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.

“Kami sadar tidak semua anak yang bergabung di sini akan menjadi pesepak bola profesional. Namun, mereka tetap harus memiliki mental pemenang. Jika tidak di dunia sepak bola, mereka bisa berkarier di bidang lain seperti menjadi TNI, Polri, atau profesi lain yang membutuhkan kedisiplinan dan integritas,” jelas Helmi.

Lebih dari itu, SSB Digdaya juga menaruh perhatian serius terhadap pendidikan para pemainnya. Mereka ingin memastikan bahwa setiap anak yang tergabung tetap menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama. “Kami juga akan memonitor kondisi sosial mereka. Jika ada anak yang putus sekolah, kami ingin berusaha mencarikan solusi agar mereka tetap mendapatkan pendidikan yang layak,” lanjutnya.

Krisis Regenerasi dan Dominasi Pemain Asing

Malang dikenal sebagai daerah yang kerap melahirkan pemain-pemain berkualitas. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul kekhawatiran terhadap masa depan sepak bola lokal. Salah satu faktor yang menjadi perhatian adalah dominasi pemain asing dalam kompetisi domestik.

“Bayangkan, ada satu klub yang memiliki hingga delapan pemain asing dalam skuadnya. Lalu, bagaimana dengan pemain lokal? Hal ini sangat berpengaruh pada motivasi anak-anak yang ingin menjadi pesepak bola. Mereka melihat jalan menuju level profesional semakin sulit,” ungkap Helmi.

Selain itu, ia juga menyoroti kesiapan Indonesia dalam membangun industri sepak bola yang sehat. Menurutnya, keberadaan pemain asing yang berlebihan bisa mempersempit peluang pemain lokal sekaligus membuka celah bagi praktik-praktik negatif, seperti pengaturan skor.

“Sepak bola kita harus memiliki tujuan yang jelas. Jangan hanya berorientasi pada industri tanpa memperhatikan regenerasi. Kalau begini terus, pemain muda kita akan kehilangan kesempatan untuk berkembang,” tegasnya.

Nama ‘Digdaya’ dan Semangat Juang yang Tak Kenal Lelah

Nama Digdaya sendiri dipilih dengan makna yang mendalam. Dalam bahasa Jawa, “Digdaya” berarti kuat dan tak terkalahkan. Filosofi ini mencerminkan semangat yang ingin ditanamkan kepada anak-anak yang bergabung dalam akademi ini—mental baja, disiplin tinggi, dan pantang menyerah.

“Kami ingin nama ini menjadi simbol perjuangan. Anak-anak yang berlatih di sini tidak hanya tangguh dalam bermain bola, tetapi juga dalam menghadapi tantangan kehidupan,” pungkas Helmi.

Dengan visi besar yang diusungnya, SSB Digdaya optimis dapat menjadi kawah candradimuka bagi talenta muda Malang, sekaligus membentuk generasi yang siap menghadapi masa depan, baik di dalam maupun di luar lapangan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *