VOICEOFJATIM – Pemerintah Indonesia dan Jerman memperkuat kerja sama dankomitmen dalam menghadapi tantangan dan dampak perubahan iklim serta krisiskeanekaragaman hayati. Salah satu langkah nyata dari kolaborasi ini adalah melalui 48 proyek yang difasilitasi oleh IKI (International Climate Initiative) Indonesia.
Kerja sama ini menjadisemakin relevan menjelang dua pertemuan global utama tahun ini: COP16 tentangkeanekaragaman hayati di Kolombia dan COP29 tentang perubahan iklim di Azerbaijan.Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Vivi Yulaswati menjelaskan kerja sama Indonesia danJerman sudah berlangsung lama, dengan IKI memegang peran penting dalam komitmenfinansial Jerman untuk mendukung negara-negara seperti Indonesia dalam menghadapiCOP16 dan COP29.
“Selain itu, program-program IKI juga sejalan bukan hanya untuk program pemerintah Indonesia saat ini namun juga program pemerintah Indonesia lima tahun ke depan yang menekankan pada membangun lingkungan yang berkelanjutan, dan meningkatkan ketahanan terhadap bencana, iklim, serta guncangan besar apa pun di masa mendatang dan ketahanan iklim,”ujarnya dalam acara Countdown to COP16 and COP29: Strengthening Indonesia-GermanyCooperation for Global Impact yang diselenggarakan oleh IKI Indonesia di Jakarta pada 18September 2024.
Vivi juga menambahkan pemerintah Indonesia mengantisipasi kontribusi dan kemitraan lebih lanjut, khususnya dalam bidang perubahan iklim dan transisi energi, yang menjadi agenda penting di COP16 dan COP29. Pernyataan ini disambut baik oleh Wakil Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Thomas Graf,yang mengapresiasi langkah-langkah Indonesia dalam menangani perubahan iklim dan keanekaragaman hayati. Ia menyebut peluncuran IBSAP (Indonesian Biodiversity Strategy andAction Plan), Aksi Iklim, serta penyelesaian Second NDC (Nationally Determined Contribution)sebagai contoh yang dapat menginspirasi negara lain.
“Mengatasi dampak perubahan iklim memerlukan upaya yang matang untuk mengambil dan memulihkan keanekaragaman hayati sementara transisi energi harus selaras dengan tujuan percakapan untuk memastikan pembangunan berkelanjutan,” katanya.
Thomas juga menekankan kolaborasi yang sudah dilakukan kedua negara krusial untuk penanganan baik krisis iklim maupun keanekaragaman hayati.
“Kolaborasi yang sudahdilakukan mencakup berbagai sektor, mulai dari transisi energi berkeadilan dan kemitraannya[JETP]. Dan ini untuk meningkatkan ketangguhan masyarakat dan menjaga keanekaragamanhayati. Kerja sama kedua negara juga telah meningkatkan peralihan energi terbarukan, menurunkan emisi GRK [gas rumah kaca], dan menerapkan praktik penggunaan lahan yang berkelanjutan. Hal ini juga meningkatkan kemampuan adaptif baik secara alamiah maupun buatan dalam menghadapi perubahan iklim,” katanya.Ia menambahkan upaya kerja sama ini harus dilakukan terus menerus untuk bisa menciptakan harmoni pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan kelestarian lingkungan.
Sementara itu, Philipp Behrens, Kepala Divisi IKI dari Kementerian Federal Jerman untukUrusan Ekonomi dan Aksi Iklim (BMWK), mengatakan prioritas kementeriannya adalah dibidang transisi energi dan dekarbonisasi industri. “Kerja sama dengan pemerintah Indonesia mencerminkan bahwa Indonesia adalah negara paling aktif, terutama diperjanjian-perjanjian iklim. Saya sangat terkesan dengan Indonesia yang sudah menyiapkan target NDC [nationallydetermined contribution] yang terbaru yang sesuai dengan Paris Agreement,” katanya.
IKI merupakan bagian penting dari komitmen pembiayaan iklim internasional pemerintah Jerman sejak 2008. Sejak 2008, IKI telah menjalankan 134 projek bilateral, regional dan global. Di Indonesia, IKI diimplementasikan oleh GIZ Indonesia dan ASEAN melalui proyek Climateand Biodiversity Hub Indonesia, dengan dukungan dari Kementerian Federal Jerman untuk urusan Ekonomi dan Aksi Iklim (BMWK), bekerja sama dengan dua mitra utama dari pemerintah Indonesia, yaitu Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Lingkungan Hidupdan Kehutanan (KLHK).
Indonesia sebagai salah satu negara prioritas menjadi tuan rumah bagi 48 proyek IKI, yang terdiri dari 26 proyek Mitigasi, 1 proyek Adaptasi, 6 proyek PenyerapKarbon Alami, dan 15 proyek Keanekaragaman Hayati.