Rektor UB Soroti Pendirian Danantara University, Kritik Keterlibatan Kampus Asing

KOTA MALANG, VOICEOFJATIM.COM – Rencana pemerintah menggandeng kampus-kampus ternama luar negeri dalam pengembangan Danantara University mendapat respons kritis dari Rektor Universitas Brawijaya, Prof Widodo. Ia menilai kebijakan tersebut kurang berpihak pada kekuatan akademik nasional yang masih belum diberdayakan secara optimal.

Menurut Prof Widodo, arah pembangunan Danantara sebaiknya difokuskan untuk mendorong tumbuhnya ekosistem industri nasional yang berdaya saing tinggi. Ia menyebut bahwa langkah menuju industrialisasi yang terstruktur akan lebih berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia dibanding sekadar kolaborasi internasional.

“Pemanfaatan Danantara seharusnya diarahkan untuk memperkuat kualitas sumber daya manusia serta membangun ekosistem industri yang terintegrasi. Tanpa ekosistem yang sehat, mustahil industri bisa berkembang secara maksimal,” ujarnya.

Ekosistem yang dimaksud mencakup berbagai elemen penting seperti pemetaan sektor industri, ketersediaan bahan baku, hingga regulasi yang mendukung proses bisnis. Widodo menilai, jika seluruh komponen ini dirancang dengan serius, Indonesia tak perlu terlalu bergantung pada gagasan dari luar negeri.

Ia juga menyoroti lemahnya dukungan riset di sektor industri dalam negeri. Menurutnya, riset dan pengembangan (R&D) yang ada saat ini justru banyak dilakukan di luar negeri karena keterlibatan akademisi lokal masih minim.

“Negara ini punya banyak universitas dan orang-orang pintar. Tapi sayangnya, mereka belum dihimpun untuk riset-riset teknologi tinggi atau riset berbasis kebutuhan industri. Karena faktanya, riset industri di Indonesia hampir tidak ada. Sebagian besar R&D masih dilakukan di luar negeri,” jelasnya.

Widodo berharap Danantara University menjadi wadah bagi akademisi Indonesia untuk terlibat langsung dalam proses pembangunan berbasis pengetahuan. Tanpa keterlibatan mereka, menurutnya akan terus terjadi ketimpangan antara dunia pendidikan dan dunia industri.

“Kalau Danantara tidak melibatkan SDM akademik lokal, maka akan terus ada jarak antara dunia pendidikan dan industri. Kalau tidak segera disambungkan, pendidikan kita tidak akan pernah benar-benar nyambung dengan kebutuhan nyata,” tambahnya.

Ia juga mengingatkan bahwa menggandeng kampus asing tanpa melibatkan universitas nasional justru bisa menjadi bentuk pengabaian terhadap kemampuan intelektual dalam negeri. Banyak kampus di Indonesia, seperti ITB, UI, IPB, hingga UGM, yang sudah terbukti kualitasnya.

“Kalau orang-orang hebat dari Indonesia tidak dilibatkan, lalu kerja samanya hanya dengan kampus luar negeri, itu artinya kampus dalam negeri tidak dianggap memiliki kapasitas. Padahal kita punya ITB, UI, IPB, bahkan UGM. Kalau UB tidak dilirik, setidaknya kampus-kampus itu bisa,” tegas Widodo.

Sebagai informasi, Danantara University merupakan proyek strategis pemerintah untuk membangun kampus berkelas dunia di Indonesia. Namun sejak awal, wacana menggandeng mitra internasional lebih dulu ketimbang mengonsolidasikan potensi dalam negeri memicu pro dan kontra di kalangan akademisi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *