BANYUWANGI, VOICEOFJATIM.COM – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka turun ke lahan tebu di Kebun Jolondoro, Banyuwangi, Senin (23/6/2025). Mereka tak hanya memanen tebu siap giling, tetapi juga langsung menanam bibit tebu unggulan. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk keseriusan Jawa Timur mendorong swasembada gula nasional.
Khofifah menegaskan, langkah tersebut bukan cuma simbolis. “Hari ini bersama Wapres, Mentan, Bupati Banyuwangi dan para petani, kita memanen dan menanam tebu sebagai bentuk nyata Jawa Timur siap jadi pionir swasembada gula,” kata Khofifah.
Saat ini Jawa Timur memang memegang peran kunci dalam produksi gula nasional. Tahun 2024, dari total produksi gula Indonesia sebesar 2.465.514 ton, Jawa Timur menyumbang 1.278.923 ton, atau sekitar 51,9%. Angka itu membuat Jawa Timur surplus hampir 1 juta ton dari kebutuhan daerah sendiri yang berada di angka 281.397 ton per tahun.
Kebun Jolondoro sendiri berdiri di lahan seluas 405 hektare dengan tingkat produktivitas rata-rata 106 ton tebu per hektare. Ada dua varietas tebu andalan yang ditanam di sini, yakni BL dan HMW, yang memang dikenal tahan berbagai kondisi dan memiliki rendemen tinggi.
“Produktivitas tinggi ini membuat Jawa Timur terus memimpin sebagai daerah penghasil gula terbesar di Indonesia. Bahkan tahun depan, dengan perluasan area tanam hingga 252.135 hektare dan rendemen naik menjadi 7,76%, Jawa Timur siap menghasilkan 1.457.900 ton gula,” tegas Khofifah.
Saat ini Jawa Timur memiliki 29 pabrik gula yang aktif beroperasi di 16 kabupaten dan kota, mulai dari Probolinggo, Pasuruan, Situbondo hingga Tulungagung dan Sidoarjo. Dukungan dari pabrik-pabrik ini membuat Jawa Timur bisa terus berada di garis depan produksi gula nasional.
Selain itu, Pemprov Jawa Timur juga memberi dorongan penuh bagi para petani tebu. Salah satu langkah konkretnya adalah peluncuran Kredit Usaha Rakyat Khusus Klaster Petani Tebu dengan bunga tetap 6%. Program ini memungkinkan para petani meremajakan kebun dan beralih ke varietas tebu dengan rendemen 8–9%, dari rata-rata sebelumnya yang hanya 7%.
“Jawa Timur bukan hanya penghasil gula terbesar, tetapi juga daerah yang siap menjadikan para petani tebu naik kelas. Mereka tak cuma buruh ladang, tetapi juga pelaku usaha tangguh dengan teknologi dan pola kerja yang lebih efisien,” ujar Khofifah.
Gubernur perempuan pertama di Jawa Timur ini juga menekankan pentingnya hilirisasi tebu. Menurutnya, tebu bukan hanya soal gula, tetapi juga soal energi terbarukan. “Hilirisasi tebu dapat mendorong diversifikasi produk turunan, termasuk bioetanol. Ini bukan hanya soal kebutuhan pangan, tetapi juga soal keberlanjutan energi bagi Indonesia dan dunia,” kata Khofifah.
Sementara itu, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menekankan bahwa kerja bersama dari seluruh pihak menjadi kunci untuk mewujudkan swasembada pangan. “Saat ini mekanisasi di lapangan perlu segera diatasi. Target tahun depan bukan hanya swasembada gula, tetapi juga swasembada pangan secara menyeluruh,” tegas Gibran.
Pada acara yang juga dihadiri Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani itu, para petani menerima bantuan pompa air, Kredit Usaha Rakyat dari platform Ekosistem Tebu Rakyat (Etera), hingga benih tebu untuk kebutuhan tanam selanjutnya.
Langkah ini, kata Khofifah, bukan hanya soal angka produksi atau target semata, tetapi juga soal masa depan pertanian Jawa Timur dan Indonesia. Dengan kerja sama yang solid dari pusat hingga daerah, swasembada gula bukan hanya mimpi, tetapi kenyataan yang siap diwujudkan bersama.