UB Jadi Tuan Rumah Rakernas FPTVI 2025, Bahas Masa Depan Pendidikan Vokasi

VOJ – Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya (UB) menjadi tuan rumah Seminar dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia (FPTVI) 2025, yang dimulai hari ini, Kamis (6/2/2025). Acara ini digelar di Gedung Widyaloka, UB, dengan menghadirkan pengurus FPTVI dari seluruh Indonesia untuk membahas berbagai isu strategis terkait pendidikan vokasi.

Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D., Med.Sc., dalam sambutannya menegaskan pentingnya pendidikan vokasi dalam mencetak lulusan yang tidak hanya siap kerja (ready to work), tetapi juga memiliki kompetensi untuk bersaing di tingkat global. Menurutnya, salah satu tantangan terbesar saat ini adalah deindustrialisasi, di mana banyak industri dan pabrik yang gulung tikar.

“Ini menjadi tantangan bagi pendidikan vokasi, karena meskipun kita mencetak lulusan siap kerja, industri tempat mereka bekerja justru tutup,” ujarnya. Oleh karena itu, lulusan vokasi perlu dibekali keterampilan wirausaha (entrepreneurship) agar tetap bisa beradaptasi dan menciptakan peluang kerja sendiri.

Dekan Fakultas Vokasi UB sekaligus Ketua Panitia Rakernas, Mukhammad Kholid Mawardi, S.Sos., M.A.B., Ph.D., mengungkapkan bahwa Rakernas FPTVI tahun ini akan membahas dua isu utama, yaitu kelembagaan dan inovasi inklusif untuk memperkuat pendidikan vokasi agar lebih berdaya saing global. Isu kelembagaan yang dimaksud terkait dengan perubahan kebijakan pemerintah, di mana pendidikan vokasi yang sebelumnya berada di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Vokasi, kini beralih ke Kementerian Pendidikan Dasar.

“Karena itu, kita menghadirkan Dr. Beny Bandanadjaja, S.T., M.T., Direktur Kelembagaan, Ditjen Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, untuk memberikan gambaran kebijakan ke depan,” jelas Kholid.

Selain itu, jumlah perguruan tinggi vokasi di Indonesia yang hanya sekitar 8% dari total institusi pendidikan tinggi menjadi perhatian serius. “Di luar negeri, pendidikan vokasi bisa mencapai 50% dari total perguruan tinggi. Padahal, vokasi adalah solusi bagi kebutuhan industri dan SDM di Indonesia,” tegasnya.

FPTVI berharap pemerintah dapat memberikan kuota lebih besar bagi pendidikan vokasi, sehingga semakin banyak tenaga kerja siap pakai yang terserap di industri. Studi yang dilakukan FPTVI menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa vokasi berbanding lurus dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di suatu daerah.

“Dengan kata lain, semakin banyak pendidikan vokasi di suatu wilayah, semakin besar dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi lokal. Ini harus menjadi perhatian dalam penyusunan kebijakan pendidikan tinggi di Indonesia,” ujar Kholid Mawardi.

Setelah membuka acara secara resmi, Rektor UB menyatakan harapannya agar Universitas Brawijaya bisa menjadi pusat pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia. “Vokasi harus memiliki hubungan yang kuat dengan dunia usaha dan industri. Tapi lebih dari itu, inovasi dan teknologi juga harus dikembangkan agar pendidikan vokasi bisa terus berkembang dan relevan dengan kebutuhan zaman,” ujar Prof. Widodo.

Menurutnya, idealnya pendidikan vokasi tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian dari rantai pendidikan akademik yang terintegrasi, dari riset hingga implementasi di industri. Dengan begitu, pendidikan vokasi bisa memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan ekonomi dan pembangunan nasional.

Rakernas FPTVI 2025 di UB ini menjadi momentum penting dalam merumuskan strategi pendidikan vokasi di Indonesia, agar lebih adaptif terhadap perubahan industri dan mampu mencetak lulusan yang siap kerja sekaligus inovatif dalam menciptakan lapangan kerja baru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *